KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT penguasa
seluruh alam karena berkat rahmat, inayah dan karunia-Nya kami bisa
menyelesaikan tugas terstruktur yang berjudul “Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada kekasih Allah SWT, yakni Nabi
besar Muhammad SAW. Semoga kita seluruh umat Islam mendapat syafaat di yaumil
akhir kelak amin.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
dosen mata kuliah yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan tugas ini,
dan juga karena berkat kerja sama kawan-kawan sehingga makalah ini tersusun dan
selesai.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kritikan dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan dari dosen mata kuliah. Semoga yang tertuang dalam makalah ini
bermanfaat bagi kelompok kami sebagai penyusun makalah, dan khususnya bagi yang
membacanya.
Pekanbaru, 05 April 2014
Pemakalah
Daftar
Isi
Kata
pengantar---------------------------------------------------------------------------------- 1
Daftar
isi------------------------------------------------------------------------------------------- 2
Bab
I pendahuluan----------------------------------------------------------------------------- 3
Bab
II pembahasan----------------------------------------------------------------------------- 4
A. Pengertian evaluasi pendidikan--------------------------------------------------- 4
B. Kedudukan evaluasi----------------------------------------------------------------- 4
C. Objek evaluasi-------------------------------------------------------------------------- 5
D. Tujuan dan fungsi-------------------------------------------------------------------- 6
E. Manfaat evaluasi pendidikan------------------------------------------------------ 7
F. Jenis-jenis evaluasi-------------------------------------------------------------------- 8
G. Prinsip-prinsip evaluasi-------------------------------------------------------------- 9
H. Sistem evaluasi yang diterapkan Allah------------------------------------------ 9
Bab
III penutup-------------------------------------------------------------------------------- 11
Daftar
Pustaka--------------------------------------------------------------------------------- 12
Bab
I
Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Shalih Abd.al-Aziz dan Abd. Al-Aziz
Abd. Majid menyatakan,”bahwasanya hidup adalah suatu lembaga sekolah. Statement
tersebut apabila diproyeksikan dalam program pendidikan maka memberikan
implikasi bahwa “Pendidikan adalah upaya radar dan bertanggungjawab untuk
memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
peserta didik, agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki”. Sementara
proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang
diinginkan pada setiap peserta didik.
Salah satu komponen yang urgen dalam
melihat keberhasilan pendidikan adalah penilaian atau evaluasi. Maka dari itu,
kami akan menyajikan tentang pengertian, kedudukan, objek, tujuan dan fungsi,
manfaat, jenis, prinsip, dan bagaiman sistem penilaian Allah terhadap
hamba-hamba-Nya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian evaluasi pendidikan?
2. Bagaimana kedudukan evaluasi dalam
islam?
3. Apa objek evaluasi?
4. Apa tujuan dan fungsi dari evaluasi?
5. Apa manfaat dari evaluasi pendidikan?
6. Apa saja jenis-jenis evaluasi?
7. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi?
8. Bagaimana sistem evaluasi yang
diterapkan Allah terhadap hamba-hamba-Nya?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi
pendidikan.
2. Untuk mengetahui kedudukan evaluasi
pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui objek evaluasi
pendidikan.
4. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi
evaluasi pendidikan.
5. Untuk mengetahui manfaat evaluasi
pendidikan.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi
pendidikan.
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip
evaluasi pendidikan.
8. Untuk mengetahui sistem evaluasi yang
diterapkan Allah.
Bab
II
Pembahasan
Evaluasi
Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Istilah
evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan
atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai sebagai
tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan pendidikan. Dalam Bahasa Arab evaluasi dikenal dengan imtihan
yang berarti ujian. Dan dikenal juga dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir
dari proses pendidikan.
Dari
segi istilah evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang
ada dengan kriteria tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan
informasi dan menggunakannya untuk menyusn penilaian dalam rangka membuat
keputusan.
Jika
evaluasi tersebut dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan
sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu evaluasi pendidikan
tidak hanya menilai tentang hasil belajar para siswa dalam suatu jenjang
pendidikan tertentu, melainkan juga berkenaan dengan penilaian terhadap
berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa tersebut.[1]
Dapat
disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan yang berisi
mengadakan pengkuran dan penilaian terhadap keberhasilan pendidikan dari
berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Dengan ungkapan lain evaluasi
penddikan adalah kegiatan mengukur dan menilai terhadap sesuatu yang terjadi
dalam kegiatan pendidikan.[2]
B. Kedudukan Evaluasi
Evaluasi
pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil dari kegiatan
evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan
pendidikan.
Ajaran
islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Allah
berfirman dalam al-Qur’an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi
terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian
proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Hal ini dapat dipahami
dari ayat yang berbunyi:
zN¯=tæur
tPy#uä
uä!$oÿôF{$#
$yg¯=ä.
§NèO
öNåkyÎztä
n?tã
Ïps3Í´¯»n=yJø9$#
tA$s)sù
ÎTqä«Î6/Rr&
Ïä!$yJór'Î/
ÏäIwàs¯»yd
bÎ)
öNçFZä.
tûüÏ%Ï»|¹
ÇÌÊÈ
(#qä9$s%
y7oY»ysö6ß
w
zNù=Ïæ
!$uZs9
wÎ)
$tB
!$oYtFôJ¯=tã
(
y7¨RÎ)
|MRr&
ãLìÎ=yèø9$#
ÞOÅ3ptø:$#
ÇÌËÈ
31. Dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
32.
Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Dari
ayat tersebut ada empat hal yang dapat diketahui:
1. Allah dalam ayat tersebut telah
bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran kepada Nabi Adam;
2. Para malaikat karena tidak memperoleh
pengajaran sebagaiman yang diterima oleh Nabi Adam, mereka tidak dapat
menyebutkan nama-nama benda;
3. Allah telah meminta kepada Nabi Adam
agar mendemonstrasikan ajaran yang telah diterimanya di hadapan para malaikat;
4. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa
materi evaluasi atau materi yang diujikan, haruslah materi yang pernah
diajarkan.
Nabi
Dulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seeokor burung hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita
cantik, yang dikisahkan dalam ayat berikut[3]
*
tA$s%
ãÝàZoYy
|Mø%y|¹r&
÷Pr&
|MYä.
z`ÏB
tûüÎ/É»s3ø9$#
ÇËÐÈ
Berkata
Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk
orang-orang yang berdusta.(Q.S.An-Naml[27]:27).
C. Objek Evaluasi
Objek
evaluasi pendidikan islam dalam arti yang umummnya adalah peserta didik.
Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada
peserta didik. Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek
evaluasi semata, tetapi juga sebagai objek evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi
pendidikan islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: evaluasi pada diri
sendiri (self evaluation/introspeksi) dan evaluasi terhadap orang lain (peserta
didik).
Evaluasi
terhadap diri sendri adalah dengan mengadakan intropeksi atau perhitungan
terhadap diri sendiri. Evaluasi ini tentunya berdasarkan kesadran internal yang
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal sholeh)
pribadi. Apabila dalam proses evaluasi tersebut ditemukan beberapa
keberhasilan, maka keberhasilan itu hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan.
Akan tetapi apabila ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan, maka hendaknya
hal tersebut segera diperbaiki dengan cara meningkatkan ilmu, iman, dan amal.
Umar
bin Khattab berkata: “hasbu qobla an tuhasabu” (evaluasilah dirimu
sebelum engkau dievaluasi). Statement ini berkaitan dengan kegiatan evaluasi
terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasari statement tersebut adalah bahwa
Allah mengutus dua malaikat Raqib dan Atid sebagai supervisor dan evaluator
terhadap manusia. Kedua malaikat tersebut mencatat semua perbuatan manusia.
Berdasarkan catatan tersebut, Allah mengevaluasinya. Hasil penilaian yang baik
mendapatkan surga sedangkan hasil penilaian yang buru mendapatkan neraka.
Karena itu, manusia dituntut untuk
selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya, agar kehidupannya kelak
tidak merugi. Salah seorang tokoh pendidikan islam yang pernah melaksanakan
evaluai pendidikan dengan cara di atas adalah Hasan al-Banna pendiri Ikhwan
al-Muslimin di Mesir. Ia menerapkan evaluasi terhadap diri sendiri dan kepada
seluruh peserta didiknya setiap hari.[4]
D. Tujuan dan fungsi
Dalam
rangka menerapkan prinsip keadilan, keobjektifan, dan keikhlasan, maka evaluasi
pendidikan bertujuan:
1. Untuk mengetahui atau mengumpulkan
informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan;
2. Mengetahui prestasi hasil belajar guna
mendapatkan keputusan apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat
dilanjutkan. Dengan demikian, prinsip life long education
benar-benar berjalan secara kesinambungan;
3. Mengetahui efektivitas cara belajar dan
mengajar apakah yang telah dilakukan pendidik benar-benar tepat atau tidak,
terutama berkenaan dengan sikap pendidik maupun sikap peserta didik;
4. Mengetahui kelembagaan, ketersediaan
sara prasarana, dan efektivitas media yang digunakan guna menetapkan keputusan
yang tepat dan mewujudukan persaingan sehat dalam rangka berpacu dalam prestasi;
5. Mengetahui sejauh mana muatan kurikulum
telah dipenuhi dalam proses kegiatan belajar mengajar;
6. Mengetahui alokasi pembiayaan yang
dibutuhkan dalam berbagai kebutuhan pendidikan, baik secara fisik seperti
fasilitas ruang, perpustakaan, honoranium pendidik dan lain-lain, maupun
kebutuhan psikis, seperti ketenangan, kedamaian, kesehatan, keharmonisa dan
sebagainya.
Adapun fungsinya adalah:
1. Ishlah,
perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku,
wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik;
2. Tazkiyah,
penyucian terhadap semua komponen pendidikan.artinya melihat kembali
program-program pendidikan yang dilakukan;
3. Tajdid,
yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan;
4. Al-Dakhil,
yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa rapor,
ijazah, piagam, dan sebagainya.[5]
E. Manfaat Evaluasi
1. Manfaat bagi mahasiswa
Dengan adanya evaluasi, maka siswa
dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan evaluasi ini ada dua:
a. Memuaskan, siswa akan mempunyai motivasi
yang cukup besar untuk belajar lebih giat;
b. Tidak memmusakan, siswa akan berusaha
untuk memperbaiki agar tidak terulang lagi.
2. Manfaat bagi guru
a. Dengan hasil penilaian yang diperoleh,
guru dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan
pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, dan mengetahui siswa-siswa
yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih
memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil;
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang
diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga tidak perlu mengadakan perubahan
untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang;
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang
digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh
angka jelek pada evaluasi yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh
pendekatan atau metode yang kurang tepat, apanila demikian, maka guru harus
mawas diri dan mencoba metode lain.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Apabila guru-guru mengadakan penialian
dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula
apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai harap atau belum. Hasil
belajar merupakan cermin suatu sekolah;
b. Informasi dari guru tentang tepat
tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi
perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang;
c. Informasi penilaian yang diperoleh dari
tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan
oleh sekolah sudah memenuhi standar akan terlihat dari angka-angka yang
diperoleh siswa.[6]
F. Jenis-jenis Evaluasi
1.
Penilaian
formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada
suatu mata pelajaran tertentu: asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa manusia diciptakan dengan beberapa
kelemahan dan semula tidak mengetahui apa sehingga memiliki pengetahuan. dalam
konteks ini, evaluai formatif merupakan bagian dari pembiasaan. Untuk itu,
upaya pembentukan sikap dan keterampilan peserta didik tidak akan terbangun
apabila tidak melalui pembiasaan dan pengulangan;
2.
Penilaian
sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik
setelah mengikuti pelajaran dalam satu catir wulan, satu semester atau akhir
tahun untuk menentukan jenjang pendidikan berikutnya. Asumsi evaluasi ini
adalah bahwa segala sesuatu diciptakan mengikuti hukum bertahap. Setiap tahap
memiliki satu tujuan dan karakterisktik tertentu. Satu tahapan harus
diselesaikan terlebih dahulu untuk kemudian beralih ke tahapan yang lebih baik.
Firman Allah:
¨ûãùx.÷tIs9
$¸)t7sÛ
`tã
9,t7sÛ
ÇÊÒÈ
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam
kehidupan).” (Q.S. Al-Insyiqaaq[84]: 19).
3.
Penilaian
penempatan yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum peserta didik mengikuti proses
belajar mengajar untuk kepentingan penempatan pada jurusan atau fakultas yang
diingini. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa setiap manusia
memiliki perbedaan-perbedaan dan potensi khusus. Perbedaan ini kalanya
merupakan kelebihan atau kelemahan. Masing-masing perbedaan harus ditempatkan
sebagaimana seharusnya, sehingga kelebihan individu dapat berkembang dan
kelemahannya dapat diperbaiki. Firman Allah:
ö@è%
@@à2
ã@yJ÷èt
4n?tã
¾ÏmÏFn=Ï.$x©
öNä3/tsù
ãNn=÷ær&
ô`yJÎ/
uqèd
3y÷dr&
WxÎ6y
ÇÑÍÈ
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalanNya.” (Q.S. al-Isra’[17]: 84).
4.
Penilaian
diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang
keadaan belajar peserta didik, meliputi kesulitan-kesulitan atau
hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar. Asumsi dasar
evaluasi ini adalah bahwa pengalaman pahit masa lalu dapat dijadikan “guru”
untuk memperbaiki masa depan.[7]
Firman Allah:
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£s%
7tóÏ9
(
(#qà)¨?$#ur
©!$#
4
¨bÎ)
©!$#
7Î7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
ÇÊÑÈ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Hasyr[59]:18).
G. Prinsip-prinsip Evaluasi
1.
Berkesinambungan.
Evaluasi dilakukan secara terus-menerus, baik pada saat proses pembelajaran
maupun setelah proses pembelajaran berakhir;
2.
Menyeluruh.
Evaluasi dilakukan pada semua aspek-aspek kepribadian peserta didik, yaitu
aspek intelejensi, pemahaman, sikap, kedisiplinan, tanggungjwab, pengamalan
ilmu yang diperoleh, dll;
3.
Objektivitas.
Evaluasi dilakukan secara adil, bukan subjektif. Artinya, pelaksanaan evaluasi
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya dan tidak dicampuri oleh hal yang bersifat
emosional atau irasional;
4.
Validitas.
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yaitu
meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang ingin dan diselidiki. Penggunaan
test harus menggambarkan secara keseluruhan dan kesanggupan peserta didik
mengenai bidang tersebut;
5.
Reliabilitas.
Pelaksanaan evaluasi dapat dipercaya. Artinya memberikan evaluasi pada peserta
didik sesuai dengan tingkat kesanggupananya dan keadaan sesungguhnya;
6.
Efisiensi.
Evaluasi yang dapat dilaksanakan secara cermat dan tepat pada sasarannya;
7.
Ta’abbudiyah
dan ikhlas. Evaluasi dilakukan dengan penuh ketulusan dan pengabdian kepada
Allah. Apabila prinsip ini dilakukan, maka upaya evaluasi akan membuahkan kesan
prasangka baik, terjadi perbaikan tingkah laku secara positif, dan menutupi
rahasia-rahasia buruk pada diri seseorang.[8]
H. Sistem Evaluasi yang Diterapkan Allah
Allah
dalam berbagai firman-Nya dalam al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa
pekerjaan evaluasi terhadap anak didik merupakan suatu tugas penting dalam
rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga
tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia, yaitu:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia
beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya;
2. Untuk mengetahui sampai dimana atau
sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah terhadap
umatnya;
3. Untuk menentukan klasifikasi atau
tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia
yang paling mulia di sisi Allah, yaitu yang paling bertakwa, manusia yang
sedang-sedang saja dalam keimanan dan ketakwaannya dan manusia yang ingkar
kepada- Nya.
Sebagai
contoh sistem evaluasi Tuhan terhadap manusia yang menghadapi berbagai
kesulitan hidup adalah firman-Nya:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur
&äóÓy´Î/
z`ÏiB
Å$öqsø:$#
Æíqàfø9$#ur
<Èø)tRur
z`ÏiB
ÉAºuqøBF{$#
ħàÿRF{$#ur
ÏNºtyJ¨W9$#ur
3
ÌÏe±o0ur
úïÎÉ9»¢Á9$#
ÇÊÎÎÈ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S.Al-Baqarah[2]:155).
Sasaran
evaluasi dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental beriman dan
takwa kepada Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba atau tes
Tuhan, mereka akan mendapatkan kegembiraan dalam segala bentuk, terutama
kegembiraan yang bersifat mental rohaniah. Seperti kelapangan dada, ketegaran
hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan paling tinggi
nilainya ialah mendapatkan tiket masuk surga.[9]
Dengan
demikian, pekerjaan evaluasi Tuhan pada hakikatnya bersifat mendidik hamba-Nya
agar sadar terhadap fungsinya selaku hamba-Nya, yaitu menghambakan diri hanya
kepada-Nya.[10]
Bab
III
Penutup
Jadi, evaluasi pendidikan sebenarnya
bertujuan untuk memperbaiki proses atau kinerja pendidikan itu sendiri, agar ke
depannya lebih baik lagi.
Allah juga mengevaluasi hamba-Nya
melalui berbagai cara yang bertujuan nntuk menguji daya kemampuan manusia
beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya; Untuk
mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah
diterapkan Rasulullah terhadap umatnya; Untuk menentukan klasifikasi atau
tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia
yang paling mulia di sisi Allah, yaitu yang paling bertakwa, manusia yang
sedang-sedang saja dalam keimanan dan ketakwaannya dan manusia yang ingkar
kepada- Nya.
Daftar
Pustaka
Abuddin Nata, 2005, Fislafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, 1998, Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia.
[1] Prof. Dr. H. Abuddin
Nata, MA., 2005, Fislafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
h. 183.
[2] Ibid., h. 186.
[3] Ibid.h. 186-187.
[4] Prof. Dr. H. Ramayulis
dan Prof. Dr. Samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, h. 237-238.
[6]Drs. H. Hamdani Ihsan dan
Drs. H.A. Fuad Ihsan, 1998, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung Pustaka
Setia, h. 215-216.
[7] Prof. Dr. H. Ramayulis
dan Prof. Dr. Samsul Nizar, 2009, op.cit. h. 241-244.
[9]Drs. H. Hamdani Ihsan dan
Drs. H.A. Fuad Ihsan, 1998. Op.cit., h. 226-227.
[10] Ibid., h. 230.
izin copas yaa mba
BalasHapus