umroh 2013

umroh 2013
me n sis

Rabu, 24 Desember 2014

evaluasi pembelajaran dalam perspektif filsafat pendidikan islam



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT penguasa seluruh alam karena berkat rahmat, inayah dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas terstruktur yang berjudul “Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada kekasih Allah SWT, yakni Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita seluruh umat Islam mendapat syafaat di yaumil akhir kelak amin.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan tugas ini, dan juga karena berkat kerja sama kawan-kawan sehingga makalah ini tersusun dan selesai.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritikan dan saran yang membangun sangat kami butuhkan dari dosen mata kuliah. Semoga yang tertuang dalam makalah ini bermanfaat bagi kelompok kami sebagai penyusun makalah, dan khususnya bagi yang membacanya. 



Pekanbaru,  05 April 2014



                                                                                                                        Pemakalah







Daftar Isi
Kata pengantar---------------------------------------------------------------------------------- 1
Daftar isi------------------------------------------------------------------------------------------- 2
Bab I pendahuluan----------------------------------------------------------------------------- 3
Bab II pembahasan----------------------------------------------------------------------------- 4
A.    Pengertian evaluasi pendidikan--------------------------------------------------- 4
B.      Kedudukan evaluasi----------------------------------------------------------------- 4
C.    Objek evaluasi-------------------------------------------------------------------------- 5
D.    Tujuan dan fungsi-------------------------------------------------------------------- 6
E.     Manfaat evaluasi pendidikan------------------------------------------------------ 7
F.     Jenis-jenis evaluasi-------------------------------------------------------------------- 8
G.    Prinsip-prinsip evaluasi-------------------------------------------------------------- 9
H.    Sistem evaluasi yang diterapkan Allah------------------------------------------ 9
Bab III penutup-------------------------------------------------------------------------------- 11
Daftar Pustaka--------------------------------------------------------------------------------- 12















Bab I
Pendahuluan
A.    Latar belakang masalah
            Shalih Abd.al-Aziz dan Abd. Al-Aziz Abd. Majid menyatakan,”bahwasanya hidup adalah suatu lembaga sekolah. Statement tersebut apabila diproyeksikan dalam program pendidikan maka memberikan implikasi bahwa “Pendidikan adalah upaya radar dan bertanggungjawab untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta didik, agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki”. Sementara proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada setiap peserta didik.
            Salah satu komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah penilaian atau evaluasi. Maka dari itu, kami akan menyajikan tentang pengertian, kedudukan, objek, tujuan dan fungsi, manfaat, jenis, prinsip, dan bagaiman sistem penilaian Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian evaluasi pendidikan?
2.      Bagaimana kedudukan evaluasi dalam islam?
3.      Apa objek evaluasi?
4.      Apa tujuan dan fungsi dari evaluasi?
5.      Apa manfaat dari evaluasi pendidikan?
6.      Apa saja jenis-jenis evaluasi?
7.      Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi?
8.      Bagaimana sistem evaluasi yang diterapkan Allah terhadap hamba-hamba-Nya?

C.    Tujuan masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.
2.      Untuk mengetahui kedudukan evaluasi pendidikan islam.
3.      Untuk mengetahui objek evaluasi pendidikan.
4.      Untuk mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan.
5.      Untuk mengetahui manfaat evaluasi pendidikan.
6.      Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi pendidikan.
7.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi pendidikan.
8.      Untuk mengetahui sistem evaluasi yang diterapkan Allah.





Bab II
Pembahasan
Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan
Istilah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan. Dalam Bahasa Arab evaluasi dikenal dengan imtihan yang berarti ujian. Dan dikenal juga dengan istilah  khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.
Dari segi istilah evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusn penilaian dalam rangka membuat keputusan.
Jika evaluasi tersebut dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Untuk itu evaluasi pendidikan tidak hanya menilai tentang hasil belajar para siswa dalam suatu jenjang pendidikan tertentu, melainkan juga berkenaan dengan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa tersebut.[1]
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan yang berisi mengadakan pengkuran dan penilaian terhadap keberhasilan pendidikan dari berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Dengan ungkapan lain evaluasi penddikan adalah kegiatan mengukur dan menilai terhadap sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pendidikan.[2]

B.     Kedudukan Evaluasi
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan.
Ajaran islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Allah berfirman dalam al-Qur’an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Hal ini dapat dipahami dari ayat yang berbunyi:
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  
(#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ  

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Dari ayat tersebut ada empat hal yang dapat diketahui:
1.      Allah dalam ayat tersebut telah bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran kepada Nabi Adam;
2.      Para malaikat karena tidak memperoleh pengajaran sebagaiman yang diterima oleh Nabi Adam, mereka tidak dapat menyebutkan nama-nama benda;
3.      Allah telah meminta kepada Nabi Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang telah diterimanya di hadapan para malaikat;
4.      Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi atau materi yang diujikan, haruslah materi yang pernah diajarkan.
Nabi Dulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seeokor burung hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat berikut[3]
* tA$s% ãÝàZoYy |Mø%y|¹r& ÷Pr& |MYä. z`ÏB tûüÎ/É»s3ø9$# ÇËÐÈ  
Berkata Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.(Q.S.An-Naml[27]:27).
C.    Objek Evaluasi
Objek evaluasi pendidikan islam dalam arti yang umummnya adalah peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata, tetapi juga sebagai objek evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: evaluasi pada diri sendiri (self evaluation/introspeksi) dan evaluasi terhadap orang lain (peserta didik).
Evaluasi terhadap diri sendri adalah dengan mengadakan intropeksi atau perhitungan terhadap diri sendiri. Evaluasi ini tentunya berdasarkan kesadran internal yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal sholeh) pribadi. Apabila dalam proses evaluasi tersebut ditemukan beberapa keberhasilan, maka keberhasilan itu hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan. Akan tetapi apabila ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan, maka hendaknya hal tersebut segera diperbaiki dengan cara meningkatkan ilmu, iman, dan amal.
Umar bin Khattab berkata: “hasbu qobla an tuhasabu” (evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi). Statement ini berkaitan dengan kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasari statement tersebut adalah bahwa Allah mengutus dua malaikat Raqib dan Atid sebagai supervisor dan evaluator terhadap manusia. Kedua malaikat tersebut mencatat semua perbuatan manusia. Berdasarkan catatan tersebut, Allah mengevaluasinya. Hasil penilaian yang baik mendapatkan surga sedangkan hasil penilaian yang buru mendapatkan neraka. Karena itu,  manusia dituntut untuk selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya, agar kehidupannya kelak tidak merugi. Salah seorang tokoh pendidikan islam yang pernah melaksanakan evaluai pendidikan dengan cara di atas adalah Hasan al-Banna pendiri Ikhwan al-Muslimin di Mesir. Ia menerapkan evaluasi terhadap diri sendiri dan kepada seluruh peserta didiknya setiap hari.[4]

D.    Tujuan dan fungsi
Dalam rangka menerapkan prinsip keadilan, keobjektifan, dan keikhlasan, maka evaluasi pendidikan bertujuan:
1.      Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan;
2.      Mengetahui prestasi hasil belajar guna mendapatkan keputusan apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan. Dengan demikian, prinsip life long education benar-benar berjalan secara kesinambungan;
3.      Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar apakah yang telah dilakukan pendidik benar-benar tepat atau tidak, terutama berkenaan dengan sikap pendidik maupun sikap peserta didik;
4.      Mengetahui kelembagaan, ketersediaan sara prasarana, dan efektivitas media yang digunakan guna menetapkan keputusan yang tepat dan mewujudukan persaingan sehat dalam rangka berpacu dalam prestasi;
5.      Mengetahui sejauh mana muatan kurikulum telah dipenuhi dalam proses kegiatan belajar mengajar;
6.      Mengetahui alokasi pembiayaan yang dibutuhkan dalam berbagai kebutuhan pendidikan, baik secara fisik seperti fasilitas ruang, perpustakaan, honoranium pendidik dan lain-lain, maupun kebutuhan psikis, seperti ketenangan, kedamaian, kesehatan, keharmonisa dan sebagainya.
Adapun fungsinya adalah:
1.      Ishlah, perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik;
2.      Tazkiyah, penyucian terhadap semua komponen pendidikan.artinya melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan;
3.      Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan;
4.      Al-Dakhil, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa rapor, ijazah, piagam, dan sebagainya.[5]

E.     Manfaat Evaluasi
1.      Manfaat bagi mahasiswa
Dengan adanya evaluasi, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan evaluasi ini ada dua:
a.       Memuaskan, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat;
b.      Tidak memmusakan, siswa akan berusaha untuk memperbaiki agar tidak terulang lagi.
2.      Manfaat bagi guru
a.       Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, dan mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil;
b.      Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga tidak perlu mengadakan perubahan untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang;
c.       Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada evaluasi yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat, apanila demikian, maka guru harus mawas diri dan mencoba metode lain.
3.      Manfaat bagi sekolah
a.       Apabila guru-guru mengadakan penialian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai harap atau belum. Hasil belajar merupakan cermin suatu sekolah;
b.      Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang;
c.       Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar akan terlihat dari angka-angka yang diperoleh siswa.[6]

F.     Jenis-jenis Evaluasi
1.      Penilaian formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu mata pelajaran tertentu: asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah  bahwa manusia diciptakan dengan beberapa kelemahan dan semula tidak mengetahui apa sehingga memiliki pengetahuan. dalam konteks ini, evaluai formatif merupakan bagian dari pembiasaan. Untuk itu, upaya pembentukan sikap dan keterampilan peserta didik tidak akan terbangun apabila tidak melalui pembiasaan dan pengulangan;
2.      Penilaian sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu catir wulan, satu semester atau akhir tahun untuk menentukan jenjang pendidikan berikutnya. Asumsi evaluasi ini adalah bahwa segala sesuatu diciptakan mengikuti hukum bertahap. Setiap tahap memiliki satu tujuan dan karakterisktik tertentu. Satu tahapan harus diselesaikan terlebih dahulu untuk kemudian beralih ke tahapan yang lebih baik. Firman Allah:
¨ûãùx.÷ŽtIs9 $¸)t7sÛ `tã 9,t7sÛ ÇÊÒÈ  

“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).” (Q.S. Al-Insyiqaaq[84]: 19).
3.      Penilaian penempatan yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum peserta didik mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan penempatan pada jurusan atau fakultas yang diingini. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa setiap manusia memiliki perbedaan-perbedaan dan potensi khusus. Perbedaan ini kalanya merupakan kelebihan atau kelemahan. Masing-masing perbedaan harus ditempatkan sebagaimana seharusnya, sehingga kelebihan individu dapat berkembang dan kelemahannya dapat diperbaiki. Firman Allah:
ö@è% @@à2 ã@yJ÷ètƒ 4n?tã ¾ÏmÏFn=Ï.$x© öNä3š/tsù ãNn=÷ær& ô`yJÎ/ uqèd 3y÷dr& WxÎ6y ÇÑÍÈ              

“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.” (Q.S. al-Isra’[17]: 84).
4.      Penilaian diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, meliputi kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar. Asumsi dasar evaluasi ini adalah bahwa pengalaman pahit masa lalu dapat dijadikan “guru” untuk memperbaiki masa depan.[7] Firman Allah:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ  

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Hasyr[59]:18).

G.    Prinsip-prinsip Evaluasi
1.      Berkesinambungan. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus, baik pada saat proses pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran berakhir;
2.      Menyeluruh. Evaluasi dilakukan pada semua aspek-aspek kepribadian peserta didik, yaitu aspek intelejensi, pemahaman, sikap, kedisiplinan, tanggungjwab, pengamalan ilmu yang diperoleh, dll;
3.      Objektivitas. Evaluasi dilakukan secara adil, bukan subjektif. Artinya, pelaksanaan evaluasi berdasarkan keadaan yang sesungguhnya dan tidak dicampuri oleh hal yang bersifat emosional atau irasional;
4.      Validitas. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yaitu meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang ingin dan diselidiki. Penggunaan test harus menggambarkan secara keseluruhan dan kesanggupan peserta didik mengenai bidang tersebut;
5.      Reliabilitas. Pelaksanaan evaluasi dapat dipercaya. Artinya memberikan evaluasi pada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupananya dan keadaan sesungguhnya;
6.      Efisiensi. Evaluasi yang dapat dilaksanakan secara cermat dan tepat pada sasarannya;
7.      Ta’abbudiyah dan ikhlas. Evaluasi dilakukan dengan penuh ketulusan dan pengabdian kepada Allah. Apabila prinsip ini dilakukan, maka upaya evaluasi akan membuahkan kesan prasangka baik, terjadi perbaikan tingkah laku secara positif, dan menutupi rahasia-rahasia buruk pada diri seseorang.[8]

H.    Sistem Evaluasi yang Diterapkan Allah
Allah dalam berbagai firman-Nya dalam al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi terhadap anak didik merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia, yaitu:
1.      Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya;
2.      Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah terhadap umatnya;
3.      Untuk menentukan klasifikasi atau tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah, yaitu yang paling bertakwa, manusia yang sedang-sedang saja dalam keimanan dan ketakwaannya dan manusia yang ingkar kepada- Nya.
Sebagai contoh sistem evaluasi Tuhan terhadap manusia yang menghadapi berbagai kesulitan hidup adalah firman-Nya:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ  
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S.Al-Baqarah[2]:155).
Sasaran evaluasi dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental beriman dan takwa kepada Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba atau tes Tuhan, mereka akan mendapatkan kegembiraan dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat mental rohaniah. Seperti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya ialah mendapatkan tiket masuk surga.[9]
Dengan demikian, pekerjaan evaluasi Tuhan pada hakikatnya bersifat mendidik hamba-Nya agar sadar terhadap fungsinya selaku hamba-Nya, yaitu menghambakan diri hanya kepada-Nya.[10]






Bab III
Penutup
            Jadi, evaluasi pendidikan sebenarnya bertujuan untuk memperbaiki proses atau kinerja pendidikan itu sendiri, agar ke depannya lebih baik lagi.
            Allah juga mengevaluasi hamba-Nya melalui berbagai cara yang bertujuan nntuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya; Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah terhadap umatnya; Untuk menentukan klasifikasi atau tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah, yaitu yang paling bertakwa, manusia yang sedang-sedang saja dalam keimanan dan ketakwaannya dan manusia yang ingkar kepada- Nya.



















Daftar Pustaka    
Abuddin Nata, 2005, Fislafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, 1998, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia.







[1] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA., 2005, Fislafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, h. 183. 
[2] Ibid., h. 186.
[3] Ibid.h. 186-187.
[4] Prof. Dr. H. Ramayulis dan Prof. Dr. Samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, h. 237-238.
[5]Ibid., h. 240-241.
[6]Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H.A. Fuad Ihsan, 1998, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, h. 215-216.
[7] Prof. Dr. H. Ramayulis dan Prof. Dr. Samsul Nizar, 2009, op.cit. h. 241-244.
[8]Ibid., h. 245-246.
[9]Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H.A. Fuad Ihsan, 1998. Op.cit., h. 226-227.
[10] Ibid., h. 230.

1 komentar: