umroh 2013

umroh 2013
me n sis

Kamis, 08 Juni 2017

Makalah Hadits Tarbawi Tentang Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Oleh:
Fatmawati
Rosyidah
A.    Pendahuluan
Syari’at Islam tidak akan dihayati dan diamalkan  orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.
Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik segi keperluan sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.[1]
Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup di antaranya Iman, Islam, dan Ihsan. Dari ketiga ruang lingkup tersebut akan lahir komponen-komponen dan displin ilmu pengetahuan. Maka dari itu, penulis akan membahas tentang ruang lingkup pendidikan islam. Merujuk kepada sebuah hadits Rasulullah tentang Iman, Islam, dan Ihsan.





B.     Pengertian Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Dalam kamus Bahasa Indonesia, ruang adalah sela-sela antara dua atau empat tiang.[2] Lingkup adalah mencakup atau meliputi.[3] ruang lingkup adalah luasnya subjek yang tercakup. Ruang lingkup adalah batas suatu objek yang sedang diamati.[4]
Menurut Hasan Langgulung Pendidikan Islam adalah suatu proses spritual, akhlak, intelektual, sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.[5]
Pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.[6]
Pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu, maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah), maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[7]
Jadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah batasan yang menjadi cakupan dalam proses pendidikan Islam yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu, maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah), maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
C.    Teks Lengkap Hadits
حَدَّثَنِي أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، عَنْ كَهْمَسٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ . ح  وَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ ،  وَهَذَا حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا أَبِي ، حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ ، عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ ، قَالَ : كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ :  مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ ، حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ ، فَقُلْنَا : لَوْ لَقِينَا أَحَدًا  مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ  دَاخِلًا الْمَسْجِدَ ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا ، وَصَاحِبِي ، أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ ، فَقُلْتُ : أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَن ، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ  يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ ، وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ ، وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ ، وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ ، وَأَنَّ الأَمْرَ أُنُفٌ ، قَالَ : فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ ، وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي ، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ  عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ ، مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا ، فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ ، حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ ، ثُمَّ قَالَ : حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ  ، قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ  رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ ، بَيَاضِ الثِّيَابِ ، شَدِيدُ ، سَوَادِ الشَّعَرِ ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ ، وَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلَامِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا  رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ  إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا " ، قَالَ : صَدَقْتَ ، قَالَ : فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ ، وَيُصَدِّقُهُ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيمَانِ ، قَالَ : " أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ ، وَمَلَائِكَتِهِ ، وَكُتُبِهِ ، وَرُسُلِهِ ، وَالْيَوْمِ الآخِرِ ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ " ، قَالَ : صَدَقْتَ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ ، قَالَ : " أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ ، فَإِنَّهُ يَرَاكَ " ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ ، قَالَ : مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا ، قَالَ : " أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا ، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ ، يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ " ، قَالَ : ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ، ثُمَّ قَالَ لِي : يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ ؟ قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ ، أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ (رواه مسلم)
A.    Mufrodat
تُقِيمُ الصَّلَاة    : Mendirikan shalat dengan syarat dan rukunnya
السَّاعَةُ          : Waktu di sini dimaksudkan waktu hari kiamat       
رَبَّتَهَا            : Tuannya atau majikan
الْحُفَاة           :Berjalan nyeker, tak punya alas kaki
الْعُرَاةَ           : Telanjang, tak berpakaian
رِعَاءَ الْبَهْمِ     :Pengembala kambing
يَتَطَاوَلُونَ       :[8]Saling tinggi-tinggian
B.     Skema Sanad












































Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut;
Jalur I
No
Nama Periwayat
Urutan sebagai periwayat
Urutan sebagai sanad
1
رسول الله صلى الله عليه وسلّم
Sumber hadits
Sumber hadits
2
عمر بن الخطاب
I
VII
3
عبدالله بن عمربن الخطاب
II
VI
4
III
V
5
IV
IV
6
V
III
7
معاذ بن معاذ العنبري
VI
II
8
VII
I
9
مسلم
VIII
Mukharij hadits
    Jalur II
No
Nama Periwayat
Urutan sebagai periwayat
Urutan sebagai sanad
1
رسول الله صلى الله عليه وسلّم
Sumber hadits
Sumber hadits
2
عمر بن الخطاب
I
VII
3
عبدالله بن عمربن الخطاب
II
VI
4
III
V
5
IV
IV
6
V
III
7
وكيع
VI
II
8
  أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
VII
I
9
مسلم
VIII
Mukharij hadits

C.    Terjemah Hadits
Abu khaitsamah Zuhair bin Harb telah memberitahukan kepadaku, waki’ telah memberitahukan kepada kami, dari Kahmas, dari Abdullah bin Buraidah, dari Yahya bin YA’mar;/H/ dan Ubaidillah bin Mu’adz al-Anbari telah memberitahukan kepada kami; dan ini adalah haditsnya; ayahku memberitahukan kepada kami, Kahmas telah memberitahukan kepada kami, dari Ibnu Buraidah, dari Yahya bin Ya’mar, dia berkata, “orang yang paling pertama berbicara tentang takdir di kota bashrah adalah Ma’bad al-Juhani.” Aku (Yahya bin Ya;mar) dan Humaid bin Abdurrahman al-Himyari pergi berhaji atau umroh. Kami berkata, “apabila kita berjumpa dengan salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu Alihi wa Salam, maka kita harus bertanya kepadanya tentang apa yang mereka katakan pada masalah takdir.” Kebetulan kami bertemu dengan Abdullah  bin Umar al-Khattab sedang masuk masjid. Lalu aku dan temanku mengapitnya; seorang dari kami di sebelah kanannya, sedang yang lain di sebelah kirinya. Aku merasa bahwa temanku menyerahkan pembicaraan kepadaku. Lalu aku pun berkata, “wahai Abdurrahman (julukan Abdullah bin Umar), sesungguhnya kami telah melihat dari kalangan kami sekelompok manusia yang selalu membaca al-Qur’an dan membicarakan ilmu”-lalu ia menjelaskan tentang kondisi mereka-. “mereka beranggapan bahwa takdir tidak ada; dan bahwa segala sesuatu terjadi bukanlah berdasarkan ketentuan Allah (spontan).” Maka dia berkata, “Apbila kamu berjumpa dengan mereka, maka kabarkan kepada mereka bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari mereka, dan sesungguhnya mereka pun berlepas diri dariku. Demi Dzat yang Abdullah bin Umar bersumpah dengan-Nya, jika sekiranya salah seorang mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu menginfakkannya, niscaya Allah tidak akan menerima infak iti sampai dia beriman kepada takdir.” Selanjutnya dia berkata, “Ayahku, Umar bin Khattab, telah memberitahukan kepadaku, dia berkata, “pada suatu hari ketika kami sedang bersama Rasulullah Shallallahu Alihi wa Salam, tiba-tiba datang kepada kami seorang lelaki; pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Kemudian dia pun duduk di hadapan Rasulullah Shallallahu Alihi wa Salam. Dia sandarkan kedua lututnya kepada lutut beliau; dan dia berkata,”Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam!” maka Rasulullah Shallallahu Alihi wa Salam bersabda, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan berhaji jika mampu melaksanakannya.” Dia lelaki itu berkata,”engkau benar.” Dia (Umar bin Khattab) berkata, “kami pun heran terhadapnya, dia bertanya kepada beliau, namun dia pun membenarkannya.” Dia lelaki itu berkata, “kabarkanlah kepadaku tentang iman!” Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.” Dia lelaki itu berkata,”engkau benar.” Dia lelaki itu berkata,”kabarkanlah kepadaku tentang Ihsan!”Beliau bersabda,”kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jikapun kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Dia lelaki itu berkata,”kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat!” Beliau bersabda,”tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.” Dia lelaki itu berkata,”kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya!” Beliau bersabda,”jika seorang budak melahirkan majikannya; dan kamu melihat orang-orang bertelanjang kaki, tidak berbusana, fakir miskin, para pengembala kambing akan saling berlomba membuat gedung yang tinggi.” Dia (Umar bin Khattab) berkata,”lalu ia pergi, dan akupun terdiam cukup lama.” Kemudian bertanya kepadaku, “wahai Umar, apakah kamu tahu siapakah orang yang bertanya itu?” aku menjawab, “ Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “sesungguhnya dia adalah Jibril. Dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim).[9]


D.    Asbab al-Wurud
Adapun asbabul wurud hadits ini terdapat pada teks hadits tersebut. ketika Rasulullah dan para sahabat sedang berada dalam sebuah majelis. Kemudian datang seorang laki-laki (Jibril) menyampaikan beberapa pertanyaan dan kemudian Rasulullah menjawab pertanyaan tersebut.

E.     Takhrij al-Hadits[10]
1.      Umar bin Al-Khaththab
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat : 5913
Gelar               : Abu Hafsha
Tempat tinggal: Madinah
Kerabat           : ابن حنتمة بنت هاشم بن المغيرة
Nama perawi   : Umar bin al-Khaththab bin Naqil
Nama terkenal: Umar bin al-Khaththab
Pangkat           : Sahabat
Tempat wafat  : Madinah
Keturunan       : Madani, Qurasy
Kegiatan          : Amirul Mu’minin
Tingkatan        : 1
Umur               : 63
2.      Abdullah bin Umar bin al-Khaththab
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat :4967
Gelar               :Abu ‘Abdurrahman
Tempat tinggal:Madinah, Makkah
Kerabat           : Hafshah Ummul mu’minin, ibunya Zainab binti Maz’un
Nama perawi   : Abdullah bin Umar bin al-Kaththab
Nama terkenal: Abdullah bin Umar al-‘Adwy
Pangkat           : Sahabat
Tempat wafat  : Makkah
Keturunan       : Madani, Qurasy
Kegiatan          : -
Tingkatan        : 1
Umur               : 87
3.      Yahya bin Ya’mar
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat : 8359
Gelar               : Abu Sa’id, Abu Sulaiman, Abu ‘Adi
Tempat tinggal: Bashrah
Kerabat           :-
Nama perawi   : Yahya bin Ya’mar al-Qaisy
Nama terkenal:-
Pangkat           : Tsiqah
Tempat wafat  : -
Keturunan       : Bashry, Al-Qaisy
Kegiatan          : Hakim
Tingkatan        : 3
Umur               :
4.      Abdullah bin Buraidah
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat :4740
Gelar               :Abu Sahl
Tempat tinggal:Bashrah
Kerabat           :
Nama perawi   :Abdullah bin Buraidah bin Hasib bin Abdullah bin Harits
Nama terkenal:Abdullah bin Buraidah al-Aslamy
Pangkat           : Tsiqah
Tempat wafat  : Jawarasah
Keturunan       : al-Aslamy
Kegiatan          : Hakim
Tingkatan        : 3
Umur               : 100
5.      Kahmas
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat :6622
Gelar               :Abu al-Hasan
Tempat tinggal:Bashrah
Kerabat           : ‘iwan
Nama perawi   : Kahmas bin al-Hasan
Nama terkenal: Kahmas bin al-Hasan at-Taymi
Pangkat           : Tsiqah
Tempat wafat  : -
Keturunan       : at-Taymi
Kegiatan          :-
Tingkatan        :5
Umur               :-
6.      Mu’an bin Mu’az al-‘Anbary
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم
No. Periwayat :7561
Gelar               :Abu Matsna, Abu Hani’
Tempat tinggal:Bashrah
Kerabat           :Ubaidillah
Nama perawi   :Mu’az bin Mu’az bin Nashr bin Hasan bin Huri bin Malik bin Khasykhasy
Nama terkenal: Mu’az bin Mu’az al-‘Anbary
Pangkat           : Tsiqah Mutaqan
Tempat wafat  : Bashrah
Keturunan       : al-‘Anbary
Kegiatan          : Hakim
Tingkatan        : 8
Umur               : 77

7.      Ubaidillah bin Mu’az al-‘Anbary
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat :5435
Gelar               :Abu ‘Amru
Tempat tinggal:Bashrah
Kerabat           :-
Nama perawi   : Ubaidillah bin Mu’az bin Mu’az bin Nashr
Nama terkenal:Ubaidillah bin Mu’az al-‘Anbary
Pangkat           :Tsiqah Hafiz
Tempat wafat  :Bashrah
Keturunan       :al-‘Anbary, al-Bashry
Kegiatan          :-
Tingkatan        :10
Umur               :-
8.      Waki’
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم

No. Periwayat :8160
Gelar               : Abu Sufyan
Tempat tinggal: Kufah
Kerabat           : Saudara Malih, ayah dari Sufyan
Nama perawi   : Waki’ bin Jirah bin Malih bin Adi bin Fars bin Jamjah
Nama terkenal: Waki’ bin Jirah ar-Ruasy
Pangkat           : Tsiqah Hafiz Imam
Tempat wafat  : Fid
Keturunan       :ar-Ruasy, al-Kufy
Kegiatan          :
Tingkatan        : 9
Umur               :68
9.      Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb
رقم الراوي
اسم الراوي
النوع
رجل
الكنية
اسم الشهرة
النسب
الوصف
اللقب
النشاط
المذهب
الرتبة
الطبقة
سنة الوفاة
سنة الميلاد
عمر الراوي
الإقامة
بلد الوفاة
     اختلاط    تدليس
الأقرباء
الموالي
روى له
     البخاري    مسلم
No. Periwayat :3036
Gelar               : Abu Khaitsamah
Tempat tinggal:Baghdad
Kerabat           : Muhammad bin Ahmad bin Zuhair, Ahmad bin Zuhair
Nama perawi   : Zuhair bin Harb bin Syidad
Nama terkenal: Zuhair bin Harb al-Harsy
Pangkat           :Tsiqah tsabit
Tempat wafat  :Baghdad
Keturunan       :al-Harsy, an-Nasa’i
Kegiatan          :
Tingkatan        :10
Umur               :

F.     Fahmul al-Hadits
1.      Memperindah pakaian dan penampilan. Disunnahkan memakai pakaian yang bersih dan memakai minyak wangi ketika masuk masjid, menghadiri majlis ulama dan sopan santu ketika berhadapan dengan para ulama. Sesugguhnya Jibril datang sebagai guru yang mengajar manusia dengan penampilan dan tutur katanya.
2.      Apa itu Islam? Islam menurut bahasa: tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Sedang menurut syariat adalah yang ditegakkan di atas lima pondasi, yaitu: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah; mendirikan shalat pada waktunya dengan menyempurnakan seluruh rukun dan syaratnya, melaksanakan seluruh sunnah dan adabnya; mengeluarkan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan; haji ke Baitullah sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu, yaitu mampu menempuh perjalanan dengan memiliki bekal, kendaraan, dan memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.
3.      Apa itu iman? Iman menurut bahasa yakin. Sedangkan menurut syariat adalah keyakinan yang kokoh akan keberadaan Allah sebagai Pencipta dan bahwa Dialah satu-satu Dzat yang berhak diibadahi.
            Membenarkan adanya makhluk Allah berupa malaikat, mereka adalah makhluk yang dimuliakan, tidak bermaksiat terhadap Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan. Allah menciptakan mereka dari cahaya, tidak makan, tidak disifati dengan laki-laki atau perempuan, tidak mempunyai keturunan, dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah.[11]
            Cara beriman kepada mereka ialah kita harus percaya kepada mereka yang nama-namanya disebutkan. Kepada mereka yang tidak disebutkan, kita cukup mengimani secara global. Kewajiban kita terhadap malaikat ialah harus mempercayai  dan mencintai mereka, karena mereka adalah hamba Allah yang selalu menjalankan perintahnya.[12] Allah berfirman
¼ã&s!ur `tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 ô`tBur ¼çnyZÏã Ÿw tbrçŽÉ9õ3tGó¡o ô`tã ¾ÏmÏ?yŠ$t7Ïã Ÿwur tbrçŽÅ£óstGó¡tƒ ÇÊÒÈ  
tbqßsÎm7|¡ç Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur Ÿw tbrçŽäIøÿtƒ ÇËÉÈ  

“ dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. al-Anbiyaa’ [21]:19-20).
            Membenarkan kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah yang berisikan syariat-Nya sebelum diubah oleh tangan-tangan jahat manusia. Membenarkan para rasul yang dipilih Allah untuk menunjuki manusia ke jalan yag benar, diturunkan kepada mereka kitab samawi, dan meyakini bahwa para rasul adalah orang-orang yang terpelihara dari dosa
            Membenarkan adanya hari akhir. Pada hari itu Allah membangkitkan seluruh manusia dari alam kubur, menghisab seluruh amal mereka, jika baik dibalas dengan kebaikan dan jika buruk dibalas dengan siksa-Nya.
            Membenarkan bahwa semua yang terjadi di alam ini adalah karena takdir dan kehendak Allah demi hikmah yang diketahui-Nya. Inilah rukun iman. Siapa-siapa yang meyakininya, ia akan selamat. Siapa-siapa yang menentangnya, maka ia akan merugi. Allah berfirman:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ  

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”(QS. an-Nisa [4]: 136).
4.      Islam dan iman. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa Islam dan iman adalah dua hakikat yang berbeda, dan ini kaidah dasar dalam setiap nama yang berbeda. Namun adakalanya syariat memperluasnya dengan menyebutkan salah satunya untk menunjukkan keduanya. Tidak ada iman tanpa Islam dan tidak ada artinya Islam tanpa adanya iman. Keduanya saling berkaitan erat, karena iman itu mesti ada di dalam hati dan amal dikerjakan oleh anggota badan.
5.      Apa itu Ihsan? Ihsan adalah Ikhlas dan berbuat sebaik mungkin; yaitu mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dengan menyempurnakan pelaksanaanya seakan-akan kamu melihat Allah saat beribadah. Jika tidak mampu yang demikian, maka ingatlah bahwa Allah menyaksikan perkara yang kecil dan yang besar yang ada pada dirimu. [13]
6.      Hari kiamat dan tanda-tandanya. Pengetahuan tentang terjadinya hari kiamat adalah hanya ada pada Allah. Tidak ada satu pun makhluk yang mengetahuinya, baik dari para malaikat maupun para nabi. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam berkata kepada Jibril,”orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.” Tetapi beliau menjawabnya dengan menjelaskan sebagian tanda-tandanya yang akan terjadi sebelumnya dan yang menunjukkan sudah dekatnya waktu kiamat; yaitu
a.       Rusaknya zaman dan merosotnya akhlak, dimana banyak anak yang durhaka kepada orangtuanya. Mereka memperlakukan keduanya bagaikan seorang tuan memperlakukan budaknya
b.      Terbalik dan kacau balau berbagai urusan sehingga masyarakat kelas bawah menjadi pemimpin dan penguasa, dan urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, melimpahnya harta di tangan manusia, merebaknya kemewahan dan berlebihan. Orang-orang bangga dengan bangunan, banyak kesenangan dan sarana kehidupan. Orang-orang fakir dan sengsara mengatur kehidupan dan menguasai kehidupan manusia. Mereka hidup dari kebaikan orang-orang desa dan sekitarnya.
7.      Bertanya tentang ilmu. Seorang muslim akan bertanya tentang sesuatu yang bermanfaat, baik bagi kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat. Sebagaiman orang yang menghadiri suatu majlis dan menangkap bahwa orang-orang ingin mengetahui suatu permasalahan, tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang berani  mengajukan pertanyaan, maka hendaklah dia bertanya walaupun dia telah mengetahuinya sehingga orang lainmendapatkan manfaat dari pertanyaan tersebut. Siapa yang ditanya tentang sesuatu, tepai dia tidak mengetahui jawabannya, maka hendaklah dia mengatakan,”sata tidak mengetahui jawabannya.” Hal itu sebagai tanda sifat wara’ takwa, dan kebenaran ilmu yang dimilikinya.[14]

G.    Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Kajian tentang Iman, Islam dan Ihsan merupakan pokok (rukun) agama. Ketiga hal ini merupakan hal yang prinsip dalam ajaran agama Islam, Ketiga aspek tersebut harus ada dalam setiap pribadi umat, karena ketiga-tiganya saling berkaitan, untuk mencapai muslim yang sejati.[15]
1.      Islam
Islam (Al-Islam) memiliki beberapa arti, yakni:
a.       Dari kata Aslama – Yuslimu – Islaman, berarti memelihara dalam keadaan selamat, damai dan sejahtera. [16]  Maksudnya, islam itu mengajarkan perdamaian bagi umatnya dan dengan kedamaian tersebut  islam akan menjadi petunjuk bagi manusia untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
b.      Dari kata Salima – Yuslamu, yang berarti menyerahkan diri, taat, patuh dan tunduk. [17] Maksudnya, orang yang telah menyatakan dirinya masuk islam berarti telah menyatakan dirinya untuk taat, patuh, dan berserah diri serta tunduk kepada Allah
Dari dua asal kata tersebut, maka islam berarti memelihara diri agar berada dalam keadaan selamat dan sejahtera dengan cara menyerahkan diri, taat, dan patuh serta tunduk kepada Allah untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
Islam di sini sebenarnya sudah dimulai pengakuan keimanan membaca dua kalimat syahadat. Setelah seseorang itu beriman, baru mau melaksanakn perintah-perintah agama seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Islam adalah melakukan lima perkara tersebt disebut dengan rukun Islam.[18] Sebagaimana yang diriwayatkan Rasulullah dalam sebuah hadits;
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى ، قَالَ : أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ ، عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "  بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ ، شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ "  .
“Telah bercerita kepada kami Ubaidillah bin Musa, ia berkata,”telah dikabarkan kepada kami dari Hanzhalah bin Abi Sufyan, dari Ikrimah bin Khalid, dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, ia bercerita ,aku pernha mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda, “Islam dibangun di atas lima pilar, yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari).[19]
Islam dibangun atas lima pilar. Maksudnya siapa yang membangun kelima pilar tersebut berarti Islam nya sempurna. Sebagaimana bangunan rumah yang sempurna karena sendi-sendinya, begitu pula Islam sempurna karena kelima rukunnya.[20]
2.      Iman
Dari segi bahasa iman berasal dari kata  Amana – yu’minu – imanan yang berarti percaya. Menurut istilah, iman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan anggota badan.[21]  Ketika ditanya tentang iman, Rasulullah SAW. bersabda:
“Iman itu ialah bahwa engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan hendaknya engkau beriman kepada Qadar ketentuan baik dan buruk. (HR. Bukhari)
Percaya itu pekerjaan hati, oleh karena ituberiman itu tempatnya dalam hati yaitu mengetahui secara yakin dan diikrarkan kepada orang lain sebagaimana dalam syahadat. Faktor-faktor yang diimani ada enam perkara disebut dengna rukun iman.[22]
Bila kata iman itu dikaitkan atau dihubungkan dengan kata islam atau amal shaleh, maka yang dimaksud dengannya ialah apa yang di dalam hati berupa iman[23]. Adapun tingkatan-tingkatan iman itu adalah sebagai berikut:
a.       Tingkatan yakin (mengenal), yaitu suatu keyakinan yang didapat dari ilmu dan pengetahuannya. Pada tingkatan pertama ini, seseorang baru mengenal sesuatu yang diimani.
b.      Tingkatan ainul yakin (kesadaran), pada tingkatan ini, iman seseorang sudah lebih tinggi, karena sesuatu yang diimani didasari oleh alasan-alasan tertentu.
c.       Tingkatan haqqul yakin, tingkatan ini adalah tingkatan yang paling tinggi. Seseorang mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi dibarengi dengan ketaatan dan sikap berserah diri kepada Allah. Tingkatan ini merupakan tingkatan tanpa keragu-raguan, kendati yang kita percayai tidak dapat diraba dengan tangan.
Terkadang iman dan Islam juga berbeda ketika terpisah, karena iman perbuatan batin tidak bisa dibohongi sedangkan Islam perbuatan lahir bisa dibohongi, misalnya seseorang bisa berpura-pura Islam, pura-pura shalat, dan lain-lain. Sebagian ulama mengatakan:
لا يقبل إيمان بلا إسلام ولا إسلام بلا إيمان
iman tidak diterima tanpa Islam, dan Islam juga tidak diterima tanpa iman.”[24] Allah Subhana wa Ta’ala berfirman:
* ÏMs9$s% Ü>#{ôãF{$# $¨YtB#uä ( @è% öN©9 (#qãZÏB÷sè? `Å3»s9ur (#þqä9qè% $oYôJn=ór& $£Js9ur È@äzôtƒ ß`»yJƒM}$# Îû öNä3Î/qè=è% ( bÎ)ur (#qãèÏÜè? ©!$# ¼ã&s!qßuur Ÿw Nä3÷GÎ=tƒ ô`ÏiB öNä3Î=»yJôãr& $º«øx© 4 ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî îLìÏm§ ÇÊÍÈ  
“orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. al-Hujurat [49]:14).
                               

3.      Ihsan
Ihsan artinya berbuat baik. Ihsan menurut istilah adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan.[25] Dalam sebuah hadits, Rasulullah ditanya perihal Ihsan, beliau menjawab:
Ihsan itu adalah bahwa engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu berbuat seolah-olah melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ihsan ada 4 macam, yaitu:
a.       Ihsan terhadap Allah, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
b.      Ihsan terhadap diri sendiri, yakni menjalankan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan sebaliknya menghindari segala perbuatan yang merugikan dirinya.
c.       Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada sesama manusia berdasarkan keturunan, tetangga, kerabat, maupun sesama.
d.      Ihsan terhadap makhluk lain, yakni berbuat baik terhadap lingkungan dengan cara mengolah dan menjaga kelestariannya.
Abdul A’la Al Maududi ( pemikir Islam pada abad ini) menerangkan hakikat hubungan antara iman dengan islam sebagai berikut: “Hubungan antara Iman dengan Islam itu laksana hubungan pohon kayu dan uratnya, pohon kayu tidak dapat tumbuh tanpa uratnya. Demikian pulalah mustahil bagi seseorang yang tidak memiliki iman untuk menjadi dirinya sebagai muslim.”[26]
Sedangkan hubungan antara iman, islam, dan ihsan itu sama halnya segitiga samasisi, dimana hubungan sisi yang satu dengan sisi yang lainnya sangat erat. Segitiga tersebut tidak akan berbentuk jika ketiga sisinya tidak saling berkaitan. Orang yang bertakwa itu ibarat segitiga tersebut yang sisi-sisinya terdiri atas Iman, Islam, dan Ihsan. Adapun ciri-ciri ketiganya ialah iman menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam merupakan sikap untuk berbuat atau beramal, sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata atau merupakan ukuran tebal tipisnya iman dan islamnya seseorang.[27]
Dalam islam terdapat tiga unsur yang mesti berjalan serasi, tak boleh tempang antara: pengakuan lisan, kebenaran hati dan pelaksanaan secara nyata dalam amal perbuatan. Apa yang dipercaya hendaklah secara nyata dibuktikan; antara ikrar lisan bersesuaian dengan perbuatan. Bila perbuatan tidak sesuai dengan apa yang diucapkan, hal itu bukanlah perbuatan yang muncul dari iman, karena iman seharusnya menampilkan hal-hal positif yang seirama dengan detik hati dan ucapan.[28]
Dengan demikian,  untuk menuju kepada islam, iman dan ihsan haruslah melalui proses tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tahzib. Kita akan mendapatkan tingkatan ihsan jika sudah melalui proses-proses tersebut. Karena dengan proses tarbiyah, ta’lim, ta’dib tahzib ini lah akan melahirkan perbuatan baik yang beradab dan beramal shaleh.
H.    Kesimpulan
Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup pendidikan Islam adalah:
1.      Tujuan
2.      Kurikulum
3.      Metode
4.      Pendidik
5.      Peserta didik
6.      Materi
7.      evaluasi
Dalam islam terdapat tiga unsur yang mesti berjalan serasi, tak boleh tempang antara: pengakuan lisan, kebenaran hati dan pelaksanaan secara nyata dalam amal perbuatan. Apa yang dipercaya hendaklah secara nyata dibuktikan; antara ikrar lisan bersesuaian dengan perbuatan. Bila perbuatan tidak sesuai dengan apa yang diucapkan, hal itu bukanlah perbuatan yang muncul dari iman, karena iman seharusnya menampilkan hal-hal positif yang seirama dengan detik hati dan ucapan.
Dengan demikian,  untuk menuju kepada islam, iman dan ihsan haruslah melalui proses tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tahzib. Kita akan mendapatkan tingkatan ihsan jika sudah melalui proses-proses tersebut. Karena dengan proses tarbiyah, ta’lim, ta’dib tahzib ini lah akan melahirkan perbuatan baik yang beradab dan beramal shaleh.


 
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A. Zainuddin, Al-Islam 1 (Aqidah dan Ibadah), Bandung: CV. Pustaka Setia,. 1999.
Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010.
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawy, Jakarta: Kencana, 2012.
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
http://Islamweb.net, Takhrij al-Hadits Online, pada tanggal 17 April pukul 20.35 WIB.
Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, terj. Agus Ma’mun,dkk., Jakarta: Darus Sunnah, 2004.
Imam Nawawi, Syarah Arba’in Nawawiyah, terj. Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Akbar Media, 2010.
Joni Hariadi, “Pengertian Iman Islam dan Ihsan”, http://alazabut.blogspot.com/2012/06/pengertian-tentang-iman-islam-dan-ihsan.html, pada tanggal 17 April 2017 pukul 14.00 WIB.
Kaelany. Islam, Iman, dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Kahar Masyhur, Membina Islam dan Iman, Jakarta: Kalam Mulia, 1988.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,  Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2007.
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyidin Mistu, al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 2002.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.



[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h. 28.
[2] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982, h. 833.
[3] Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 2002, h. 877.
[4] Ibid. H. 1285.
[5] Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 33.
[6] Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, h. 27.
[7] Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan , Loc.Cit., , h. 33.
[8] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawy, Jakarta: Kencana, 2012, h. 46.
[9] Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, terj. Agus Ma’mun,dkk., Jakarta: Darus Sunnah, 2004 , 348-349.
[10] http://Islamweb.net, Takhrij al-Hadits Online, pada tanggal 17 April 2017 pukul 20.35 WIB.
[11] Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyidin Mistu, al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, h. 14.
[12] Imam Nawawi, Syarah Arba’in Nawawiyah, terj. Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Akbar Media, 2010, h. 48.
[13] Ibid., h. 15.
[14] Ibid., h. 16.
[15]Joni Hariadi, “Pengertian Iman Islam dan Ihsan”, http://alazabut.blogspot.com/2012/06/pengertian-tentang-iman-islam-dan-ihsan.html, pada tanggal 17 April 2017 pukul 14.00 WIB.
[16] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,  Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2007, h. 179.
[17] Ibid.
[18] Abdul Majid Khon, Op.cit., h. 50.
[19] Imam Nawawi, Op.cit., h. 54.
[20] Ibid., h. 55
[21] .A.Zainuddin, Al-Islam 1 (Aqidah dan Ibadah), Bandung: CV. Pustaka Setia,. 1999, h. 52.
[22] Abdul Majid Khon, Op.cit., h. 51
[23] Kahar Masyhur, Membina Islam dan Iman, Jakarta: Kalam Mulia, 1988, h. 61.
[24] Abdul Majid Khon, Op.cit., h. 52
[25] Kahar Masyhur, Op.cit., h. 62
[26] Ibid.
[27] Ibid., h. 63.
[28] Kaelany. Islam, Iman, dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 58.